Minggu, 15 November 2009

Guru dan perkembangan taknologi

Guru dan Perkembangan Teknologi

Long life education atau belajar sepanjang hayat menjadi sebuah bagian yang tidak terlepaskan dari jiwa seorang guru. Tidak hanya sebagai tenaga pendididik, seorang guru juga harus menjadi seorang teknokrat yang senantiasa dan selalu mempertahankan eksistensinya sebagai seorang cendekiawan.

Paradigma atau pandangan masyarakat di masa lalu untuk seorang guru, adalah orang yang memiliki segala kelebihan di depan murid-muridnya. Dahulu dedikasi guru sering dianggap sebagai seorang penjual jasa pengajaran. Namun di era globalisasi sekarang ini dedikasi seorang guru adlah pengabdian tanpa batas.

Guru sebagai figure masyarakat, harus tetap teruji kemampuannya, karena pada saat tergelincir suatu kesalahan, maka kehebohannya akan mengguncang dunia. Namun pada saat mencapai sebuah prestasi, masyarakat hanya akan mengganggap maklum karena ia adalah seorang guru. Inilah sesungguhnya paradigma masyarakat luas terhadap guru yang hanya sebatas maklum.

Lantas bagaimana guru menyikapi kondisi tersebut? Emosi atau tersinggungkah? Secara tegas tidak, naluri seorang guru berbeda dengan naluri preman. Akal dan hati berperan mengendalikan sikap dan perilaku. Bagi guru, menganggap semua kejadian di alam ini adalah pembelajaran dan sumber inspirasi. Ketika secara umum moral generasi muda mengalami degradasi dan dekadensi moral, kalangan akademisi pendidikanlah yang mendapat sentilan. Isu global menyebutkan dampak negatif teknologi yang menjadi penyebabnya. Padahal bila disadari penemuan teknologi merupakan hasil kajian yang mempertimbangkan faktor keuntungan dan kerugian bagi pengguna dan masyarakat sekitar.

Sebagai contoh misalnya hanphone. Sebagai hasil dari perkembangan teknologi dunia komunikasi, barang ini mewabah ke semua kalangan, bahkan kalangan guru dan murid. Bisa kita lihat secara langsung seorang guru kebanyakan menggunakan handphone sebatas untuk telepon atau sms. Karenanya, kebanyakan guru hanya menggunakan handpone yang sederhana. Namun bila kita lihat dikalangan murid. Seorang murid kelas 6 SD pun menggunakan handphone dengan fitur-fitur yang sangat lengkap. Mulai dari sms atau telepon hingga internet. Dari gambaran di atas jelaslah dapat ditarik kesimpulan bahwa guru dianggap tidak mengusai teknologi yang kian hari kian berkembang.

Contoh lain adalah penggunaan computer. Kebanyakan guru menggunakan computer hanya sebatas untuk mengetik. Sedangkan bagi siswanya, mulai dari mengetik, mengitung, hingga memperoleh informasi dengan instan dan cepat melalui internet.

Lalu bagaimana guru menyikapi perkembangan teknologi? Seyogianya guru respek terhadap perkembangan teknologi dan selalu intens mengikuti perkembangan global khususnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru harus dapat mengoperasikan temuan teknologi minimalnya mengenal sehingga dapat mengarahkan kepada siswanya tentang kemajuan yang telah terjadi di bidang iptek. Akan terjadi gengsi apa bila yang terjadi adalah murid yang mengenalkan kemajuan teknologi kepada gurunya.

Kemajuan teknologi mempunyai segi positif tersendiri, khususnya teknologi dalam dunia pendidikan. Penerapan teknologi informasi untuk menunjang proses pendidikan telah menjadi kebutuhan bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan. Keberhasilan dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan akan ikut menentukan kelangsungan hidup lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain menunda penerapan teknologi informasi dalam lembaga pendidikan berarti menunda kelancaran pendidikan dalam menghadapi persaingan global.

Pemanfaatan teknologi informasi diperuntukkan bagi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam upayanya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Guru dan pengurus sekolah tidak lagi disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan operasional, yang sesungguhnya dapat digantikan oleh komputer. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan dalam efisien waktu dan tenaga.

Penghematan waktu dan kecepatan penyajian informasi akibat penerapan teknologi informasi tersebut akan memberikan kesempatan kepada guru dan pengurus sekolah untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan pembinaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan merasa lebih dimanusiakan dalam upaya mengembangkan kepribadian dan pengetahuannya.

Ada dampak positif berarti juga ada dampak negatifnya. Perkembangan teknologi ini akan menimbulkan benih-benih kemalasan. Contohnya dengan adanya computer, guru tidak lagi menulis dengan menggunakan tangannya. Bagaimana seorang guru membelajarkan menulis pada muridnya sedangkan ia saja sudah mulai malas menggunakan tangganya untuk menulis?

Lalu bagaimana sikap yang seharusnya bagi seorang guru terhadap perkembangan teknologi? Tidak ada pilihan lain selain belajar untuk bisa mengenal, memahami, menggunakan, bahkan mengajarkan kepada anak didik. Namun tanpa meninggalkan kebiasaan yang sudah baik seperti menulis dengan tangan. Tidak hanya mengajarkankepada murid, namun juga kepada teman-teman sejawatnya.

Guru adalah pencetak generasi untuk masa depan. Maka dari itulah guru pun juga harus mempersiapkan baik dirinya maupun siswanya dalam menghadapi masa depan yang didominasi oleh kemajuan teknologi. Secara tidak langsung keadaanlah yang nantinya akan mengeliminasi orang-orang yang tidak berkompeten dengan kemajuan teknologi.

Fakta mngatakan sejak 2004 sistem penerimaan siswa baru di tingkat SMA/SMK sudah menggunakan real time on line. Untuk SMP, tahun ini memasuki tahun ketiga. Diperkirakan sekitar beberapa tahun mendatang, perkembangan teknologi sudah mencakup seluruh tingkat lembaga pendidikan.

Siap tidak siap, mau tidak mau, kentaan inilah yang harus diterima. Seperti halnya uraian di atas. Menunda penerapan teknologi informasi dalam lembaga pendidikan berarti menunda kelancaran pendidikan dalam menghadapi persaingan global.
Ada hal lain yang harus diingat bahwa guru adalah manusia biasa, yang perlu juga memenuhi kebutuhan lain baik materi juga non materi. Minimal untuk kebutuhan primer sehari-hari. Pekerjaan berat yang dilakoninya akan semakin berat ketika amanat sebagai guru yang haru mngenal perkembangan teknologi bersinggungan dengan sisi sebagai manusia biasa tadi.

Ketika ada pertanyaan bagaimana guru menyikapi perkembangan teknologi? Jawabannya adalah sama dengan apa yang guru sarankan kepada muridnya. Andaikan siswa bertanya kepada guru dan pertanyaan itu tidak dapat dijawab dan akhirnya di PR-kan kepada muridnya, suatu saat murid akan menjadi bumerang bagi guru. Saran guru kepada muridnya akan berbalik menjadi saran yang ditujukan untuk guru. Semoga tidak terjadi pada seorang cendikiawan yang profesional.

0 komentar:

Posting Komentar

| Top ↑ |